Cari Blog Ini

13 Nov 2012

My Mom My Hero

My Mom My Hero...
Pahlawan dalam arti yang sebenarnya, bukan seperti cerita kepahlawanan di buku-buku yang terdengar begitu spektakuler. Tak banyak waktu saya jalani bersamanya, tapi banyak kenangan tercipta dan terus menerus menari di otak saya.

My mom my hero, dalam arti yang sederhana dan sangat bermakna. Tawa, canda, riang, amarah, kesal, merupakan warna kehidupan saya bersamanya. Mami saya, satu2nya orang yang tahu dan pandai membaca emosi melalui raut wajah saya. Satu2nya yg dapat meredam kemarahan saya yah mami saya. Satu2nya orang yang bisa membuat saya tertawa kembali setelah saya marah yah mami saya. Orang yang pertama membuat ice breaker ketika kami berselisih paham adalah mami. Saya tipe orang yang memilih untuk diam jika saya sedang marah atau kesal. Mami menjadi pemecah kediaman saya dengan memanggil, "Non, jangan cemberut dong". Dan seperti tersihir saya pasti langsung tersenyum walau kadang saya menahannya dan tak mau terlihat olehnya.

Waktu berlalu begitu cepat, tapi saya merasa bahwa kepergiannya hanya untuk sebentar bukan untuk selamanya.
Rasa rindu untuk bersama-sama dengannya kembali sering muncul tiba-tiba, terutama dimoment2 tertentu, dimana disaat2 tersebut beliau selalu ada menemani. Bubur telornya yang cair, sesuai kesukaan saya selalu terhidang jika saya sakit. Atau sibuk mencari tukang urut ketika saya terkilir. Bahkan menemani saya ke dokter kalau saya sakit. Menanyakan menu masakan apa yang akan beliau masak. Memantau keberadaan saya melalui telepon jika saya tak kunjung pulang. Sapaan dimana non, pulang jam brapa tak pernah terdengar lagi. Atau, melihat wajah ngantuknya membukakan pintu ketika saya pulang larut menjadi hal yang saya rindukan. Makan nasi uduk, soto mie ayam berdua juga menjadi moment yang saya rindukan. Berenang bersama, bercanda dan tertawa atau pergi ke gereja naik becak, juga merupakan hal yang paling saya rindukan.

Mami saya adalah pahlawan saya. Walaupun ada beberapa sifat atau pendapat kami yang tak sepaham, tetapi tetap, she is my true hero. No body is perfect, termasuk saya. But I know her passion to see her children growing up as a very good person. Pengorbanannya yang tak pernah terpikirkan oleh saya, menjadi begitu jelas setelah kepergiannya pulang ke rumah Bapa. Kasih sayangnya yang tak mengenal pamrih, menjadi semakin nyata ketika saya sadar mami sudah tidak ada.

Rasa sesal kadang datang menghampiri. Menyesal tidak bisa membuatnya lebih bahagia. Menyesal tidak dapat memenuhi janji-janji saya... Menyesal dan berharap saya dapat mengulang waktu yang telah lewat. Aahh penyesalan itu memang selalu datang di akhir!

My mom, my hero. She is happy in the heaven now, and I'm glad to know that she is better there than here.

Love u always

20 Jun 2012

Jelajah Pecinan Kota Tua Tangerang

Sudah lama sekali tidak menulis, dan akhirnya saya punya kesempatan untuk bercerita. Well, banyak hal yang terlewatkan tanpa sempat saya tulis, dan sekarang saya mencoba untuk memanggil kenangan-kenangan itu kembali.


27 Mei 2012, saya bersama 2 orang teman saya menjelajahi pecinan Kota Tangerang guna menguak jejak Tionghoa Benteng. Diawali dengan janjian di Tol Jati Bening, Bekasi, kami naik Bus Mayasaribakti jurusan Bekasi - Kalideres. Kami turun di Terminal Kalideres, melanjutkan perjalanan dengan menaiki angkot kecil putih hijau jurusan Kota Bumi. Perjalanan terhenti di depan Gereja Katolik, sebrang KFC arah pasar lama Tangerang. Kami melanjutkan perjalanan dengan naik becak.


Diawal tawar menawar, kami berniat untuk naik 2 becak, tetapi, si abang ngotot bilang bisa bertiga dalam 1 becak. Harga yang ditawarkan adalah 10rb, dan kami pun akhirnya mengiyakan tawaran tersebut yang mengakibatkan rasa was-was disepanjang perjalanan takut becaknya terbalik xiixixixii...




Perjalanan kami pun terhenti di pasar, di depan sebuah gang yang cukup dilewati hanya oleh 1 mobil. Beberapa meter dari perhentian becak tadi, kami langsung menemukan klenteng tua yang ingin kami lihat. Klenteng Boen Tek Bio, yang merupakan klenteng tertua di Kota Tangerang berumur +/- 3 abad.  Atmosphere ketuaannya sangat terasa. Kami keliling klenteng ini dan tidak lupa untuk mengambil foto di klenteng ini. Saya sangat suka dengan keramahan dan kenyamanan klenteng tua ini. Dominasi warna merah dan emas, layaknya klenteng2 yang ada di seluruh penjuru dunia, membuat klenteng kecil yang berada ditengah pasar terlihat semakin unik dan kokoh, seolah2 ingin bercerita betapa ia sangat bangga dengan keberadaanya yang tak lekang waktu.


Sesi memutar klenteng dan foto-fotopun selesai, saya dan teman-teman saya melanjutkan perjalanan kami ke sebuah museum tua yang berada tepat di belakang klenteng. Museum Benteng Heritage, merupakan museum kecil yang dikelola oleh Bapak Udaya Halim. Memasuki museum tersebut, saya dan kawan-kawan dikenakan biaya Rp. 20rb/orang sebagai biaya administrasi dan guide yang tak hanya sekedar menemani kami berkeliling tetapi juga menjelaskan sejarah berdirinya museum tersebut serta sejarah dari masing-masing koleksi yang ada dengan sangat rinci dan informatif. Saya dan teman-temanpun terkagum-kagum dan seolah-olah terbawa kesuasana jaman dahulu.






Oohh iyah, salah satu informasi yang kerap teringat adalah tangga asli yang digunakan untuk naik kelantai atas tempat koleksi museum disimpan. Untuk naik ke lantai atas kami diharuskan melepas sepatu. Pihak museum menyediakan kantung plastik untuk menaruh sepatu yang kami pakai. Tangga dengan tingkat kecuraman 45 derajat membuat saya pelan2 menapakinya takut terpeleset. Ternyata tangga tersebut merupakan tangga yang umum dimiliki oleh etnis tionghoa di dalam rumahnya. Dan takjubnya lagi, sang pemandu bercerita dia terbiasa lari naik turun tangga model itu waktu ia kecil tanpa pernah terjatuh di dalam rumahnya yang ada di depan kanan museum. Bagi yang sudah menonton film Soegija, tangga dengan model sama digunakan di rumah keluarga Ling-ling. 


Selain tangga, pintu yang menghadap balkon dibagian atas museum juga sangat kental arsitektur Chinanya. Melihat pintu tersebut, saya teringat akan film kungfu yang suka saya tonton jaman SD-SMP dulu. Selain bentuknya yang kokoh, ternyata teknik membukanya pun sulit jika kita tidak tahu caranya, walaupun setelah tahu cara membukanya ternyata sangat mudah hehhehhee.... Salah satu koleksi benda yang cukup menarik perhatian adalah alat timbang yang terbuat dari logam besi panjang yang ujungnya terdapat rantai tajam yang berfungsi sebagai cantelan barang yang akan ditimbang. Setelah berjualan, besi tersebut dipakai untuk menaruh hasil jualan. Berhubung ujung dari timbangan tersebut tajam, maka siapapun yang ingin mengambil hasil jualan harus berfikir panjang alih-alih tersambar ujung besi xixixixixiii...


1 jam sudah kami berkeliling dan mendapat informasi tentang sejarah keberadaan etnis Tionghoa di bumi Indonesia, tepatnya Tangerang sejak berabad-abad lalu. Perut kamipun mulai terasa lapar, sehingga mengharuskan kami berhenti disebuah rumah makan mie ayam kemuning yang letaknya berjejer dengan Klenteng Boen Tek Bio. Saya pun memesan segelas es teh manis, semangkuk mie ayam dan 1 porsi swekiau (yang saya bagi 2 dengan teman saya). Setelah perut terasa penuh, kami melanjutkan perjalanan kami dengan menaiki angkot kecil menuju Klenteng Bun San Bio.






Klenteng besar yang berada tepat di pinggir jalan Pasar Baru, membuat Klenteng ini mudah untuk dicari. Kami pun masuk dan meminta izin ke sekretariat untuk berkeliling dan mengambil beberapa foto di dalam klenteng. Berbeda dengan klenteng sebelumnya, Klenteng Bun San Bio lebih besar dan terdapat taman kecil di bagian belakang klenteng. Arsitektur klenteng ini pun terlihat lebih modern dibanding Klenteng Boen Tek Bio. Memasuki klenteng ini, kita akan mendapat pemandangan unik, melihat lampion-lampion berukuran sedang bergantungan di langit-langit klenteng berbuntut kertas kuning berisikan nama orang serta nama tempat usaha yang dikelola.


Keunikan lain dari klenteng ini adalah klenteng tersebut tercatat berkali-kali memecah rekor MURI. Total rekor sampai saya datang berkunjung sebanyak 11 rekor. Woooww... Salah satu artikel dan foto yang terpajang di sisi kanan klenteng ialah rekor mendirikan 108 butir telur oleh 9 orang dalam kurun waktu 9 menit. Hebat yah, ternyata klenteng ini langganan memecahkan rekor MURI.








Well, setelah berkeliling dan berfoto, kami pun melanjutkan perjalanan kami. Kali ini, kami memutuskan untuk balik ke pasar  lama, dan mencoba untuk meminum es campur yang terletak di sebrang Klenteng Boen Tek Bio. Warung es campur tersebut selalu ramai pengunjung. Untuk merasakan kenikmatan es tersebut, kami harus menunggu lebih dari 15 menit untuk 1 mangkuk es campur. Lamanya menunggu dan panasnya udara hari itu terbalaskan dengan nikmatnya dan segarnya es campur yang kami minum. Sehabis menyantap es campur tersebut kami pun segera pulang menuju rumah masing-masing.






Panasnya udara sepanjang perjalanan tak terasa karena ketakjuban kami masing-masing akan indahnya sejarah kota tua Tangerang. Betapa kayanya negeri kita akan budaya dan suku bangsa. Aaahhh saya bangga menjadi bagian dari keBhinekaan yang ada di negeri tercinta Indonesia. Selamat menjaga akar budaya dan kebhinekaan yang sudah ada. Salam Indonesia :)



15 Jun 2012

Solitaire dan Sendiri

Apa hubungannya solitaire dan sendiri dalam kehidupan saya? Dua-duanya hal yang tidak terlalu saya suka tetapi sering saya lakukan *jangan bingung yah :d... Dan karena sering dilakukan maka saya menjadi terbiasa. Solitaire adalah games yang harus dimainkan sendiri. Jadi kata solitaire dan sendiri sangat erat hubungannya.Terbiasa bermain solitaire sekedar membunuh kebosanan atau terbiasa melakukan sesuatu sendiri jika yang lain berhalangan hadir kerap saya lakukan sampai saat ini.

Solitaire, permainan kartu di komputer merupakan sebuah permainan yang sebetulnya tidak begitu saya suka namun sering saya mainkan untuk sekedar menghabiskan waktu. Saya kenal permainan ini karena sering melihat kakak saya memainkannya. Lama-lama saya jadi ikut memainkkannya dan sering sekali saya lakukan untuk  menghabiskan waktu luang saya. Sekali saya memulai untuk memainkannya, saya akan ketagihan untuk mengulangnya.


Lalu, bagaimana dengan sendiri? Awalnya saya tidak suka melakukan sesuatu sendiri, saya tipe orang yang senang berkumpul, bukan orang yang senang menyendiri. Tetapi tidak dapat dipungkiri saya sering melakukan sesuatu sendiri. Saya teringat masa kuliah dulu, seorang teman saya kerap melakukan sesuatu sendiri. Dan ia sukses membuat saya terbengong-bengong mendengar ceritanya pergi berbelanja sendiri ke salah satu swalayan di daerah sudirman yang sekarang sudah tutup, nonton di bisokop sendiri, pergi ke gereja sendiri, dan banyak hal lainnya yang sering dilakukan sendiri. My God, aneh bener sih ini orang batin saya.


Suatu waktu saya tertantang untuk mencoba nonton di bisokop sendiri. Woooowww.... tau gak, untuk memulai melangkah dan mengingat tujuan saya pergi keluar saat itu dilalui dengan pergumulan yang besar. Perang batin, antara jadi pergi atau tidak. Keringat dingin, bolak balik di dalam rumah, resah dan gelisah. Lebaaaayyyy sekali terlihatnya yah. Tapi itu yang saya rasakan, tidak saya tambahkan dan tidak saya kurangi. Di otak saya berkecamuk bermacam-macam pertanyaan, serta pernyataan yang saya 'create' sendiri. Jadi sebenarnya rasa takut muncul karena hasil pemikiran saya sendiri. Tetapi tekat saya sudah bulat saat itu, saya akan pergi ke bioskop sendiri serta merasakan perbedaan dan sensasinya nonton sendiri. Untuk anak kuliah tingkat 4 yang terbiasa dengan keramaian, ke bioskop sendiri bukan hal yang wajar hehehehhe.... (mencari pembenaran sendiri)


Setelah saya tiba di bisokop, saya merasa parno sendiri melihat orang berlalu lalang berdua atau bergerombol. Makin jiper, dan makin ciut nyali saya. Tapi yah mau bagaimana, sudah kadung berada di dalam lobby bioskop, dan teringat dengan tantangan yang saya buat sendiri. Saya melangkah ke arah loket dan memesan 1 buah tiket. Entah mengapa rasa-rasanya seperti di tatap ratusan mata yang mencibir, mencemooh dan menganggap saya aneh. Saya merasa kesepian di tengah-tengah keramain.


Setelah pintu bioskop dibuka, saya mencari kursi saya, dan lagi-lagi seperti ada yang berbisik di dalam otak saya. Ehhh, diliatin orang tuh, kok nontonnya sendiri, ga punya teman yah??? Saya coba untuk 'ignore' semua pemikiran di otak saya. Saya duduk manis menunggu film diputar, larut dalam mengikuti alur cerita dan tanpa terasa filmnya pun selesai. Saya keluar dari studio dan melangkah dengan kemenangan. Yeeaaaa..... I won my own battle, batin saya. Dan selama perjalan keluar studio, saya berpikir bahwa nonton sendiri bukan hal yang menakutkan, dan saya berpikir bahwa orang-orang yang berada dalam studiopun sebenarnya tidak terlalu memperhatikan saya. Mereka asik dengan diri mereka sendiri pastinya.


Sejak saat itu, saya tidak ragu lagi melakukan sesuatu sendiri. Sekarang, saya kerap berolahraga sendiri kalau partner olah raga saya berhalangan datang. Dulu, boro-boro olah raga sendiri, ada teman saja saya masih suka minder masuk ruang gym yang penuh orang apalagi bergym ria sendiri... *rasa minder tingkat tinggi xixixiiixiiii....


Satu hal yang saya pelajari, life must goes on... Ada atau tidak ada partner dalam melakukan sesuatu, saya harus tetap melangkah. Saya tidak dapat mengontrol jadwal orang untuk selalu sama dengan saya. Ketika saya membutuhkan secangkir kopi dan tidak ada yang menemani, saya tidak sungkan untuk melakukannya sendiri. Untuk membunuh waktu ketika menunggu teman yang terlambat datang atau saya yang datang terlalu dini, saya bisa duduk dengan manis di dalam bioskop sendiri, daripada saya keluyuran dan malah menjadi konsumtif.


Jadi, kesimpulan saya, rasa takut atau tidak percaya diri sebetulnya hadir karena pikiran kita sendiri. Kita yang terlampau parno memikirkan pendapat orang padahal orang lain sebetulnya tidak begitu peduli dengan apa yang kita lakukan. So, how about u guys? Tertantang untuk melakukan sesuatu yang biasanya dilakukan secara beramai-ramai a.k.a keroyokan menjadi sendiri? Enjoy every minutes of it dan rasakan sensasinya hihhihiii...




PS: Tulisan ini untuk mbak ku yang cantik, Nik, yang membuat sayembara Solitare dan Sendiri. Maaf mba, ga jadi ikutan gabung waktu itu :(

10 Mar 2012

Paris


Ketika menulis tulisan ini, saya teringat kejadian minggu lalu, dimana sekolah saya mengadakan "placement test" bagi para guru untuk kursus Bahasa Inggris.

Salah satu pertanyaan yang diberikan oleh si bule ganteng adalah apa kota atau negara yang ingin sekali saya kunjungi. Tanpa ragu, saya menyebut sebuah kota cantik nan romantis, yaitu Paris.



Kenapa Paris?
Karena ya itu tadi, kotanya terlihat sangat cantik dan sangat romantis. Hal pertama yang akan saya lakukan ketika diberi kesempatan untuk berkunjung adalah mengambil foto diri saya di bawah Menara Eiffel.

Kenapa Paris?
Saya ingin mengunjungi sebuah coffee shop atau entah sebuah restaurant dan memesan segelas kopi sambil duduk santai di kursi luar toko yang langsung menghadap jalanan. Menyeruput secangkir kopi panas sambil menikmati pemandangan kota di sekitarnya dan bercengkrama dengan santai.

Kenapa Paris?
Karena hampir semua orang yang saya jumpai dan pernah ke Paris bilang bahwa paris itu sangat indah. Tidak ketinggalan, anak2 murid saya, yang sudah pernah pergi kesana mengatakan Paris itu kota yang indah dan bersih. Gimana gak penasaran coba????

Kenapa Paris?
Karena di Paris terdapat toko loak a.k.a toko vintage yang menjual barang-barang second yang keren-keren dengan harga sangat murah. Saya pecinta barang bagus dan murah xixixixixiii.... dan tidak peduli barang itu bekas atau baru, asalakan masih layak untuk dipakai, dipajang dan dipandang, saya tidak ragu untuk membelinya.

Kenapa Paris?
Karena di Paris terdapat sekolah pembuatan perhiasan. Saya memiliki ketertarikan atau minat besar terhadap perhiasan. Saya suka membuat beberapa perhiasan untuk saya pakai sendiri atau untuk saya jual. Beberapa tahun yang lalu, saya membaca di sebuah tabloit artikel tentang sebuah sekolah khusus untuk membuat perhiasan, dan mencetak lulusan designer perhiasan yang terbaik. Saya pun bertekat, jika di beri kesempatan saya ingin bersekolah disana dan menjadi seorang designer perhiasan dan "end in mind" dari semua itu adalah i have my own boutique... (cross my fingers)

I just fall in love with PARIS before i see it...


17 Feb 2012

My students are my observer - Part 1

Saya dan kopi, dua hal yang tak dapat dipisahkan.

Awalnya saya bukan pecinta kopi, melainkan pecinta teh, terutama teh hijau. Sampai pada tahun 2005, perjumpaan saya dengan kopi dimulai.

Saat itu saya bekerja disebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang kontraktor telekomunikasi. Kebiasaan di kantor saya, setiap pagi sang OB akan berjalan membawa troli minuman dan menawarkan setiap orang minuman yang sudah dia buat. Hampir setiap pagi saya memilih kopi untuk saya minum.

Selepas makan siang, OB di kantor saya akan kembali berputar membawakan troli minuman dan menanyakan hal yang sama. Pilihan saya jatuh pada 'KOPI'.

Hampir setiap hari saya melakukan hal yang sama, memesan kopi. Lambat laun kebiasaan meminum kopi menjadi "habit" dan susah untuk saya hilangkan.

Hijrah dari kantor, saya pindah ke sebuah sekolah, menjadi guru, berbekal ijasah 'SPd'. Ternyata pekerjaan di tempat baru saya jauh lebih banyak dan lebih menantang sehingga saya membutuhkan kopi disela-sela waktu kerja saya. Setiap pagi saya membuat kopi saya sendiri dan membawanya kekelas. Anehnya, kalau pagi saya tidak minum kopi, hari saya serasa belum lengkap dan saya bisa uring-uringan, mengajarpun jadi tidak semangat.

Setelah dismissal murid selesai, saya akan kembali ke staff room dan kembali membuat secangkir kopi. Rasanya butuh energi tambahan atau doping setelah seharian mengajar dan melanjutkan sisa 1 1/2 jam untuk kembali bekerja.

Tanpa kopi, i'm nothing (lebaaayyyy xixixiii).

Suatu hari, anak murid saya yang baru 6 bulan bergabung di sekolah saya bilang ke teman saya "Miss. Shandra, dikit-dikit ngopi, dikit-dikit ngopi."

Ternyata anak2 murid saya pun sudah mencirikan kebiasaan saya di pagi hari, yaitu membawa cangkir kopi, meletakkannya di meja saya dan sedikit demi sedikit menyeruputnya.

My student is my true 'observer'...

15 Feb 2012

Boy friend is....

Masih terbawa suasana valentinan (walaupun tidak merayakan karena menurut saya tiap hari harus diisi dengan rasa cinta) saya mau menceritakan cerita lucu dari anak murid saya, setahun yang lalu. Sudah basi memang, tetapi selalu lucu jika diingat kembali.

Salah satu anak murid saya di kelas 1, sebut saja namanya Beauty, mendefinisikan arti cinta di hadapan saya dan beberapa teman.

Suatu hari ia datang menghampiri saya dan berkata:
Beauty  : Miss. Shandra, i have 3 boy friends.
Saya     : What? 3 boy friends?
Beauty  : Yes miss, well actually now i only have two. *showing sad face
Saya     : Wooow... maybe what you mean is your best friend, your very close friend.
Beauty  : No miss. Boy friend, not only best friend. Do you know what? Boy friend is someone that you love.
Saya     : *speechless

Sampai sekarang saya masih bingung anak kelas 1 SD sudah mengenal istilah 'LOVE' dan dapat mengartikannya dengan bahasa yang sederhana.

14 Feb 2012

What a day!

What a day!! Itu ungkapan yang dapat menggambarkan isi hati saya. Bagaimana tidak, sepanjang perjalanan dari stasiun keberangkatan sampai tiba di stasiun Gondangdia, emosi saya harus naik karena ulah 3 orang penumpang lain. Sepertinya kesabaran saya sedang diuji, dan saya gagal dalam ujian tersebut (hiiikksssss). Thanks God, rasa kesal saya tergantikan dengan perasaan gembira setelah mendapat kartu ucapan selamat hari kasih sayang dari salah satu anak murid saya. It looks simple, but it makes me happy all day long :)

Kekesalan PERTAMA:
Seperti hari kerja biasanya, saya berangkat kerja menggunakan transportasi kereta api. Tiba di stasiun saya langsung ikut mengantri dan memilih antrian di loket 2. Tiba-tiba ada seorang perempuan, terlihat masih muda dengan asiknya menyerobot antri di sebelah saya. Saya colek, lalu saya bilang 'mba, antri mba', dengan cueknya dia tetap menyodorkan uang kedalam loket. Bikin keki gak sih?? Lalu saya bilang, 'mba, bebek ajah antri loh'. Tetap dengan cueknya dia mengambil tiket dan melengos pergi. What the .....!!!!! Marah dan kesal, saya tegor si penjaga loket, 'mas, lain kali kalo ada yang nyelak ga usah diladenin dong'.... (gini nih kalo pegawai ga ditraining 7 habit - ga nyambung hehehehe)

Kekesalan ke DUA:
Kereta tercepat yang akan berangkat adalah KRL Ekonomi. Terlambat 10 menit. Gak terlambat aja udah penuh apalagi terlambat (pijet kening). Saya lekas bergegas menghampiri pintu kereta ketika kereta berhenti. Dikarenakan isi penumpang di dalam kereta sudah penuh, maka depan saya agak terhambat. Tiba2 seorang bapak nyeletuk, mba, jangan lelet dong (OMG!!!!) Saya nengok dan saya bilang 'otak bapak yang lelet, lama ngebedain mana yang rame dan yang sepi'... Sabaaaarrrr.... (ngelus dada)

kekesalan ke TIGA:
Setibamya kereta di stasiun Cikini, saya bersiap-siap untuk turun, mengingat penumpang yang naik dari stasiun manggarai semakin banyak, saya putuskan untuk segera berdiri bergegas kearah pintu agar dapat segera keluar setibanya dipemberhentian berikutnya stasiun Gondangdia. Mengarah kearah pintu, banyak rintangan yang saya lalui (lebaiiii xixixixii). Tiba2 seorang bapak berkata: 'jangan sikut2an dong mba' eeetttt dahhhh, ini bapak ga liat kondisi isi kereta yg kaya pepes ikan kali yah (kekiiii berat), saya nengok ke arah si bapak dan bilang: 'kenapa pak? Gak mau kesenggol? Jangan naik kereta ekonomi dong, ga liat apa jalan ajah susah!!!' (nyolot dan melotot)

Tiba di sekolah, saya bersiap-siap untuk mengajar. Sebelum teacher and students time dimulai (ritual pagi di sekolah kami adalah berdoa, mengucapkan student's mission statement dan class rules secara bersama2, serta menulis table Plus/delta yang terjadi selama hari kemarin dan sepanjang sisa hari ini, mengecek kelengkapan PR anak2 yang dipimpin oleh 'leader of the day' serta sesi 'show and tell', dimana anak-anak diberi kesempatan untuk menceritakan pengalaman serunya serta memperlihatkan benda yang ingin mereka ceritakan A.K.A 'mamer' xixixixiii), salah satu anak murid saya meminta ijin untuk memberikan kartu ucapan Valentine ke seluruh teman-temannya. Kartu-kartu tersebut dibuatnya sendiri. Karena saya harus mengajar di kelas 5 pada jam pertama, maka saya ijin ke partner saya untuk meluncur kesana. Setelah selesai mengajar, saya balik ke kelas dan melihat sebuah kartu kecil di atas meja kerja saya berisikan ucapan 'Happy Valentine Day, Ms. Sandra'. Woooww... Senangnya luar biasa melihat kartu kecil ucapan selamat hari kasih sayang, yang saya tahu dibuat dengan rasa cinta, perhatian yang besar serta kesabaran yang tinggi, karena ia harus membuat sebanyak 24 kartu untuk seluruh murid ditambah 2 guru kelas (saya dan teman saya).

Well, setelah pagi yang melelahkan dan sempat membuat emosi saya naik, pagi tadi ditutup dengan sukacita dan perasaan gembira. Thanks 'A' for the card. It's really nice. God bless you always :)