Cari Blog Ini

3 Okt 2015

Aroma Kopi

“Kalau kita menikah nanti, rumah harus dipenuhi aroma kopi, siang dan sore.” “Loohh… aku kan ndak suka kopi. Teh lebih menyehatkan. Apalagi teh hijau. Protesku dengan cepat.” “Yah, kamu ndak usah meminumnya, cukup menciumnya. Pelan2 belajar mencintai aroma kopi lalu pelan-pelan menyeruputnya. Kopi tak pernah memaksa dirinya untuk dicintai loh, tetapi kita manusia yang sudah mengenalnya akan terus menerus jatuh cinta kepadanya.”
Dan sekarang aku duduk di pojokan kedai favorit kami ditemani dengan secangkir kopi dengan lambang hati di atasnya. Ada banyak cinta antara aku dan kopi tetapi juga ada luka di dalam setiap cangkirnya. Rinduku hanya bisa kuwujudkan dengan mencium aroma dan memandang cangkir2 yang tak akan pernah berani kuseruput. Terlalu pahit walau dijejali kilo-an gula. Kubiarkan kopi menguap meninggalkan aroma khasnya karena ku tahu di dekatku ia akan duduk dan menciumnya, tak berwujud sama seperti aroma-aroma itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar